KEWIRAUSAHAAN
MOTIVASI BERPRESTASI KEWIRAUSAHAAN
Disusun Oleh
1.
Cholis
Muh. Aji
(K2513038/B)
2.
Danang
Surya Ardi Atma (K2513012/B)
3.
Dedi
Kurniawan
4.
(K2513014/B)
5.
Den’s
Berlian Wais (K2513015/A)
6.
Fajar
Rizki Pratama (K2513020/B)
7.
Faqih
Bahrudin
(K2513022/B)
8.
Iswanda
(K2513033/A)
9.
M.
Sholeh Anshori
(K2513044/B)
10.
Nur
Aziz Masykuri
(K2513055/A)
11.
Nur
Kholifah
(K2513051/A)
12.
Putri
Fatma Nur Sholika (K2513052/B)
13.
Retno
Damayanti
(K2513056/B)
14.
Rohmat Cahyono
(K2513061/A)
15.
Sri
Lasmini
(K2513062/B)
16.
Stephanus
Fajar Pamungkas
(K2513063/A)
17.
Sutarto
(K2513065/A)
18.
Toni
Ramadhan
(K2513066/B)
19.
Tutuko
Firdani
(K2513067/A)
20.
Wahyu
Kurnialy
(K2513069/A)
21.
Wisnu
Dimas Sasongko
(K2513071/A)
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kewirausahaan
atau kegiatan berwirausaha dapat dikatakan membantu perkembangan perekonomian
Negara dengan menyediakan pekerjaan dan memproduksi barang dan jasa bagi
konsumen dalam negeri maupun di luar negeri (Ade,2009a). Kewirausahaan di pandang sebagai fungsi
yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Proses
kewirausahaan diawali oleh inovasi yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal misalnya Locus of Control, toleransi
nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor eksternal berupa peran,
aktivitas, peluang, organisasi, dan keluarga.
Dalam
kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa
kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh
usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap
kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan namun juga oleh setiap orang
yang berpikir
kreatif dan bertindak inovatif.
Seorang
wirausahawan yang berhasil selalu
mampu dan memiliki kompetensi untuk menghadapi setiap resiko atau peluang yang
muncul. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki wirausahawan agar dapat
menjalankan kegiatan wirausaha dengan baik menurut (Ade,2009b) antara lain: 1)
percaya diri, 2) berorientasikan tugas dan hasil, 3) sikap pengambil resiko,4)
kepemimpinan, 5) keorisinilan, 6) berorientasi ke masa depan, 7) jujur dan tekun. Keseluruhan
karakteristik tersebut dapat dicapai hanya bila wirausahawan memiliki motivasi
untuk menjadikan usahanya berhasil. Oleh sebab itu, penulis ingin mengungkapkan
keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan kewirausahaan dalam makalah ini
yang berjudul “Motivasi Berprestasi Kewirausahaan”
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah
ini penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
saja Teori Motivasi?
2.
Bagaimana keterkaitan antara motivasi
berprestasi dengan kewirausahaan?
3.
Bagaimana
sikap motivasi berprestasi dalam kewirausahaan?
4.
Bagaimana cara menumbuhkan motivasi
berprestasi dengan berwirausaha?
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah yang ada,maka tujuan yang akan dicapai oleh penulis adalah:
1.
Mengetahui
Teori Motivasi.
2.
Mengetahui keterkaitan antara motivasi
berprestasi dengan kewirausahaan.
3.
Mengetahui
sikap motivasi berprestasi dalam kewirausahaan.
4.
Mengetahui cara menumbuhkan motivasi
berprestasi dalam berwirausaha.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Inti
dan Hakekat Kewirausahaan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18
diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dan lain-lain. Tujuan utama mereka
adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas.
Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya tenaga penggerak, siasat, proses untuk
mencapai peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan
tindakan inovatif demi terciptanya peluang (Drucker,1959). Suryana (2003)
mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan
nilai tambah di pasar melalui proses pengolahan sumber daya dengan cara-cara
baru dan berbeda melalui :
1.
Pengembangan teknologi baru.
2.
Penemuan pengetahuan ilmiah baru.
3.
Perbaikan produk barang dan jasa yang
ada.
4.
Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan
barang lebih banyak dengan
sumber daya lebih efisien.
Beberapa Jenis
Kewirausahaan (Williamson, 1961)
adalah :
1.
Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif,
trampil mempraktikkan
transformasi-transformasi atraktif
2.
Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari
para Innovating Entrepreneurship.
3.
Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan
sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas
sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan
posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
4.
Drone Entrepreneurship Drone (Malas)
Penolakan untuk memanfaatkan
peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi
sekalipun hal tersebut
akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.
Proses kewirausahaan diawali dengan suatu
aksioma,yaitu adanya tantangan. Dari tantangan akan timbul gagasan, kemauan,
dan dorongan untuk berinisiatif. Yang selanjutnya berujung pada proses
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Tahap proses penciptaan yang baru dan
berbeda itulah yang disebut Tahap Kewirausahaan.
Beberapa ciri dan watak dari seorang wirausahawan
menurut Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6) antara lain:
1.
Ciri dan Watak
a.
Percaya diri
Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.
b.
Berorientasi pada tugas dan hasil kebutuhan
untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif.
c.
Pengambilan resiko
Kemampuan untuk mengambil resiko
yang wajar dan suka tantangan.
d.
Kepemimpinan
Perilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.
e.
Keorisinilan
Inovatif dan
kreatif serta fleksibel.
f.
Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, perspektif.
g.
Jujur dan tekun
Memiliki
keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
Fungsi dan peran kewirausahaan dapat dilihat dari
dua pendekatan. Yaitu secara
mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai
penemu (innovator) dan perencana (planner). Secara wirausaha adalah
menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang
berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu Negara.
Modal kewirausahaan tidak selalu identik dengan
modal yang berwujud (tangible)
seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tak berwujud (intangible) seperti modal intelektual,
modal sosial,
modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis besar modal
kewirausahaan dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu modal intelektual, modal
sosial
dan moral, modal mental, serta modal material.
B.
Pengertian
Motivasi
Motivasi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
untuk melakukan sesuatu perbuatan atu aktivitas untuk mencapai tujuan
(Crow.A,1983). Sedangkan menurut Teeven dan Smith (1967) motivasi merupakan
konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik
dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu disebut motif.
Motivasi yang terdapat dalam individu akan
terealisir dalam suatu perilaku yang mengarah pada tujuan yang diinginkan untuk
memperoleh kepuasan. Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa motif ataupun
motivasi dapat memberikan kekuatan, dorongan, untuk menggerakkan diri seseorang dalam
perilaku tertentu dan sekaligus memberikan arahan terhadap diri seseorang untuk
merespon atau melakukan kegiatan ke arah pencapaian tujuan.
C.
Pengertian
Motivasi Berprestasi
Motivasi
berprestasi merupakan sebagai dorongan yang
berhubungan dengan prestasi yaitu menguasai, mengatur lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi
rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melebihi prestasi
yang lampau dan mempengaruhi orang lain (Hall dan Lindzey). Sedangkan motivasi
berprestasi itu sendiri merupakan motif yang mendorong individu dalam mencapai
sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran
keberhasilan, yaitu dengan membandingkan prestasinya sendiri sebelumnya maupun
dengan prestasi orang lain (Mc Clelland dan Heckhausen). Individu yang
mempunyai motif berprestasi yang tinggi mempunyai motif untuk meraih sukses.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Teori Motivasi Berprestasi
Teori motivasi pertama kali
dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan hierarki kebutuhan yang
mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan
tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
David C. McClelland (1971)
mengelompokan kebutuhan (needs), menjadi tiga, yakni:
1.
Need for achievement (n’Ach): The drive to axcel, to
achieve in relation to a set of standard, to strive to succeed.
2.
Need for power (n’Pow); The need to make other behave in a
way that they would not have behaved otherwise.
3.
Need for affiliation (n’Aff): The desire for friendly and
close interpersonal relationships.
Kebutuhan berprestasi wirausaha
(n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik
dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Ingin mengatasi
sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2.
Selalu
memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3.
Memiliki
tanggung jawab personal yang tinggi.
4.
Berani
menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5.
Menyukai
tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka
wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang
sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow),
yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri
umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih
berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi
(n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha
yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja
sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins
(1993:214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan
keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederik
Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene
mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan
dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor yang
membuat orang lain merasa puas (satisfaction)
dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dissatisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh
kepuasan kerja (job- satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan (the work itself), tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang
(possibility of growth). Sedangkan
faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction)
adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu
pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990:95).
Ahli lain yang membahas motivasi
adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya yang disebut teori harapan
(expectancy theory). Ia mengemukakan bahwa “The
strength of a tendency to act in a certain way depend on the strength of an
expectation that an act will be followed by a given outcome and actractiveness
of that outcome to the individual”. Kecenderungan yang kuat untuk bertindak
dalam suatu arah tertentu tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan
dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut
Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang
diperoleh dari pekerjaan, (2) Performance-reward
linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu
hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori
harapan (expectancy theory), yaitu:
1.
|
2.
|
3.
|
Menurut Nasution (1982:26), Louis
Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif, yaitu:
1.
Mendorong
manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi.
2.
Menentukan arah
perbuatan ke tujuan tertentu.
3.
Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk
mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
pencapaian tujuan itu.
Berdasarkan teori motivasi di atas,
timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan Steinhoff
& John F. Burgess (1993:6) ada tujuh motif :
1.
The desire for higher income.
2.
The desire for more satisfying career.
3.
The desire to be self-directed.
4.
The desire for the prestige that comes to being a business
owner.
5.
The desire to run with a new idea or concept.
6.
The desire to build long-term wealth.
7.
The desire to make a contribution to humanity or to a
specific cause.
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita
(1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:
1.
Alasan keuangan,
yakni untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan
tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2.
Alasan sosial,
yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan dihormati,
untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang
banyak.
3.
Alasan
pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar
masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga,
untuk mendapatkan kesetiaan suami atau istyri, untuk membahagiakan ayah dan
ibu.
4.
Alasan pemenuhan
diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi
lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada
beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu:
1.
Peluang untuk
memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
2.
Peluang untuk
memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
3.
Peluang untuk
memperoleh manfaat secara finansial.
4.
Peluang untuk
berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.
B.
Keterkaitan
antara Motivasi Berprestasi dengan Kewirausahaan
Motivasi
berkaitan
dengan suatu tujuan, dengan kata lain motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam
pencapaian prestasi. Hal
ini berarti motivasi berprestasi sangat diperlukan oleh seorang wirausahawan
untuk memajukan usahanya. Oleh
sebab itu, dengan memiliki motivasi
berprestasi dalam menjalankan wirausaha seorang wirausahawan akan mampu
berpikir inovatif, dan kreatif serta memiliki semangat juang (motivasi
berprestasi) dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya.
Contohnya seorang wirausahawan konveksi
busana muslim anak-anak di Surabaya. Pada awalnya dia memulai usaha koveksi
busana muslim anak-anak tebatas hanya di daerah sekitar tempat tinggalnya.
Bahkan kegiatan produksi yang dalam hal ini menjahit busana muslim
dikerjakannya sendiri secara langsung. Hal ini disebabkan terbatasnya modal
yang dimiliki dan kurangnya kepercayaan diri untuk mencoba memasarkan busana
muslim anak-anak tersebut di luar kota tempat tinggalnya. Namun hal ini mulai
berubah ketika dia mendapatkan pesanan baju busana musim dari luar daerah tempat
tinggalnya. Peristiwa ini mampu menumbukan motivasi berprestasi pada pengusaha
tersebut yang pada akhirnya mendorongnya untuk mengajukan pinjaman di bank
untuk mengajukan usahanya. Tidak berhenti sampai di situ, wirasahawan tersebut semakin intens mencari ide-ide baru untuk
mengembangn motif dan model produk busana muslimnya. Saat ini wirausahawan
tersebut telah mampu memasarkan produknya ke kota-kota besar di Pulau Jawa (“Program Hidup Ini Indah” Trans
TV, 2009)
Pengembangan
motivasi
berprestasi dalam rangka mengembangkan mental kewirausahaan akan menghasilkan manusia yang memiliki potensi,
produktif, dan tangguh dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian keberadaan
motivasi berprestasi dapat memberikan dorongan untuk mencapai penghargaan dan
kepuasan yang mengarah pada usaha di masa datang.
Mc Clelland
menggunakan istilah n-Ach (Need for Achievement) atau motivasi
berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi; motif berprestasi
ditemukan pada suatu macam pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu
yang baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada yang sebelumnya,
lebih efisien dan lebih cepat, kurang menggunakan tenaga dengan hasil baik dan
sebagainya.
Ukuran keunggulan adalah dapat berupa prestasi orang lain maupun prsetasi
diri individu tersebut sebelumnya. Sebagai contoh setiap orang diminta
mengemukakan pikirannya secara spontan: Si A bercerita, seorang pemuda yang
sedang belajar untuk ujian, namun sulit memusatkan pikirannya karena selalu
teringat akan pacarnya, sedangkan si B bercerita mengenai seorang anak muda
yang tekun berusaha mendapatkan angka yang baik dalam ujian, karena ia ingin
masuk sekolah kejuruan, Ia bekerja sampai jauh malam takut kalau kurang
berhasil dan lain-lain. Si B jelas memiliki pikiran-pikiran yang ber n-Arch lebih
banyak daripada si A dan mendapatkan angka yang lebih tinggi. Metode yang
didapatkan dalam hal ini adalah pemikiran-pemikiran yang sedemikian itu boleh
dikatakan jitu dan obyektif (Wyner, 1984).
Witterbootom menyatakan bahwa anak yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi didapatkan pada keluarga yang orang tuanya telah melatih anaknya untuk
berdiri sendiri dan menguasai kecakapan tertentu. Namun
menurut Heckhausen dinyatakan motivasi berprestasi bukan diakibatkan dari
latihan berdiri sendiri sedini mungkin akan tetapi latihan pada umur delapan
tahun. Latihan dini untuk percaya pada diri sendiri dapat membantu motif
berprestasi hanya apabila itu sesuai dengannya (Heckhausen, 1966). Di samping
itu Heckhausen menerima dan berusaha mengembangkan teori McClelland tentang
motivasi berprestasi ke arah kognitif. Ia mendefinisikan motif berprestasi
sebagai suatu usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan-kecakapan pribadi
setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran keunggulan yang
dilakukan sebagai pembanding dalam melakukan aktivitas tersebut. ada dua
kemungkinan yaitu "berhasil atau gagal".
Di dalam memberikan penilaian terdapat tiga ukuran keunggulan :
1.
Yang berhubungan dengan tugas, yaitu menilai
berdasarkan kesempurnaan hasil.
2.
Berhubungan dengan diri sendiri, yaitu membandingkan
dengan hasil diri-sendiri, atau prestasi sendiri sebelumnya.
3.
Berhubungan dengan orang lain, membandingkan hasil
dengan hasil orang lain.
Dikemukakan pula bahwa motivasi berprestasi mempunyai beberapa disposisi
penilaian :
1. Jika motif
berprestasi lebih kuat, perbedaan antara bayangan diri yang nyata dan ideal
akan lebih besar.
2.
Orang berorientasi sukses akan lebih mengharapkan kemungkinan
sukses, dan yang berorientasi gagal, akan lebih mengharapkan kemungkinan
kegagalan dalam mencapai prsetasi.
3.
Tingkat apresiasi yang berorientasi antara sukses
biasanya hanya sedang dan yang berorientasi gaga; biasanya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
4.
Subyek yang bermotivasi sukses sebagai akibat faktor
yang mantap, seperti kemampuan dan menganggap kegagalan bukan kareana faktor
tersebut akan tetapi sebagai akibat kurangnya usaha : monumental.
C. Sikap Motivasi Berprestasi dalam Kewirausahaan
Istilah entrepreneur atau kewiraswastaan atau kewirusahaan dapat diartikan
sebagai suatu kepribadian sikap kemampuan berwirausaha atau kemampuan yang
unggul dalam menciptakan suatu usaha. Darustam dkk (1994), menyatakan bahwa di
Indonesia wiraswasta adalah entrepreneur yang berdasarkan Pancasila. Oleh
karena itu pembinaan kewiraswastaan terletak pada :
1.
Pembentukan sikap mental maju.
2.
Membersihkan diri dari
sikap mental negatif.
3.
Membentuk sikap mental positif.
Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan menempuh
usaha dengan segala resiko dan diambil atau dihadapi dalam memperjuangkan
usahanya mencapai keberhasilan atau dinyatakan berprestasi. Dalam hal ini
kemampuan seorang wirausahawan harus mampu berpikir kreatif dan inovatif serta
memiliki semangat juang (mitivasi berprestasi) yang tinggi, sehingga mampu
menanggung resiko dalam setiap pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, seseorang haruslah memiliki :
1.
Ketrampilan berpikir kreatif.
2.
Ketrampilan dalam mengambil keputusan.
3.
Ketrampilan dalam kepemimpinan.
4.
Ketrampilan manajerial.
5.
Ketrampilan dalam bergaul antar manusia (human
relation).
Untuk dapat mengembangkan diri individu tersebut, (Darustam dkk, 1995)
harus berupaya melalui :
1.
Pendidikan belajar sendiri.
2.
Berlatih diri berwiraswasta / wirausaha.
3.
Membentuk mental yang selalu ingin maju.
4.
Percaya diri sendiri.
5.
Melalui kebiasaan bersedia rajin berupaya.
Dalam kaitannya dengan pengembangan mental wirausaha maka diperlukan pula
pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan sukses sebagai seorang
wiraswastaan. Mereka hendakmya memiliki sikap mental :
1.
Penuh gagasan, ide.
2.
Penuh inisiatif dan prakarsa.
3.
Penuh daya cipta dan kreativitas.
4.
Memiliki self motivation yang tinggi.
5.
Dapat bekerja sama.
6.
Tahu apa maunya hidup ini.
7.
Tahu menghitung resiko.
8.
Mampu mencegah hambatan mental.
9.
Selalu meningkatkan ketrampilan dan salesmanship.
Atas dasar pendapat diatas dapat digambarkan hendaknya para wirausahawan di
samping memiliki kemampuan managerial skill juga harus memiliki kemampuan
mental yang tangguh, selalu ingin maju, sukses atau dengan istilah lain
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalam mengaktualisasikan
kemampuannya dan harapannya.
Enam sifat individu yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi menurut Heckhausen antara lain:
1.
Lebih mempunyai kepercayaan dalam
menjalankan tugas yang berhubungan dengan prestasi.
2.
Mempunyai sikap yang berorientasi ke
masa depan dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk dapat menjalankan
penghargaan.
3.
Memilih tugas yang kesukarannya sedang.
4.
Tidak suka membuang-buang waktu.
5.
Dalam mencari pasangan lebih suka yang
memiliki kemauan
dari pada simpatik.
6.
Lebih tangguh dalam suatu tugas.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi berprestasi antara lain:
1.
Inteligensi
Inteligensi adalah kemauan mental yang kompleks yang ada pada diri seseorang. Makin tinggi inteligensi seseorang maka akan semakin cepat dan cermat dalam membaca, memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan semakin tinggi pula tingkat kreativitas yang dilakukan untuk berprestasi.
Inteligensi adalah kemauan mental yang kompleks yang ada pada diri seseorang. Makin tinggi inteligensi seseorang maka akan semakin cepat dan cermat dalam membaca, memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan semakin tinggi pula tingkat kreativitas yang dilakukan untuk berprestasi.
2.
Kebutuhan dan Pendidikan
Tingkat pendidikan serta variasi,
macam keilmuan yang dikuasai akan melatarbelakangi sikap hidup, konsep diri dan
perilaku seseorang dalam menghadapi macam dan tingkat kebutuhan baik yang
berasal dari dalam diri maupun dari luar individu dalam kehidupan sehari-hari.
Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin luas cakupan pengetahuan yang dikuasai atau
diperolehnya baik secara teoritis maupun praktis.
D.
Cara
Menumbuhkan Motivasi Berprestasi dalam Berwirausaha
Motivasi
berprestasi sangat dibutuhkan dalam berwirausaha. Karena dengan memiliki
motivasi berprestasi akan menumbuhkan inovatif, kreatif, serta semangat untuk
memajukan usaha yang dikelola.
Berikut adalah alur yang menunjukkan keterkaitan antara motivasi dengan kewirausahaan.
Berikut adalah alur yang menunjukkan keterkaitan antara motivasi dengan kewirausahaan.
Beberapa
cara menumbuhkan motivasi berprestasi dalam berwirausaha antara lain:
1.
Dengan paksaan (by force) atau melalui
perintah atau instruksi bersifat memaksa. Pada awalnya subyek akan melakukan
tugas didasarkan pada rasa takut apabila menolak tugas tersebut. Metode ini
sangat tepat dilaksanakan oleh mentor/coach kepada orang yang ingin maju tetapi
tidak menyadari potensi raksasa di dalam dirinya
2.
Dengan persuasif (persuasion) melalui
cerita-cerita yang menarik, sehingga subyek terpikat dan atas kemauan sendiri
meniru gambaran tentang keberhasilan orang lain. Metode ini tepat untuk
menumbuhkan motivasi wirausahawan yang belum banyak memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang kewirausahaan.
3.
Dengan stimulasi (stimulation) melalui
gambaran dan petunjuk, sehingga subyek tertarik dan timbul inisiatif sendiri
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Metode
stimulasi ini akan lebih baik, bila diterapkan pada subyek yang sudah memahami
permasalahan kewirausahaan.
4.
Belajar dari konsep 3M
a.
Mulai dari yang kecil
b.
Mulai dari diri sendiri
c.
Mulai saat ini juga
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Teori
motivasi berprestasi dari beberapa ahli antara lain :
Maslow,
McClelland, Frederick H., Steinhoff
& John F, Victor Vroom, dan lain-lain.
2.
Motivasi berprestasi dalam menjalankan
wirausaha menjadikan seorang
wirausahawan akan mampu berpikir inovatif, dan kreatif serta memiliki semangat
juang (motivasi berprestasi) dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya.
3.
Sikap
motivasi dalam kewirausahaan adalah kemampuan managerial skill, kemampuan
mental yang tangguh, selalu ingin maju, sukses atau dengan istilah lain
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalam mengaktualisasikan
kemampuannya dan harapannya.
4.
Cara
menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kewirausahaan yaitu : a. dengan paksaan
; b. dengan persuasif ; c. dengan stimulant ; dan dengan belajar konsep 3M.
B.
Saran
1.
Seorang
Wirausahawan harus mempunyai motivasi tinggi dalam prestasi demi mencapai
tujuan yang diinginkan.
2.
Seorang
Wirausahawan harus tekun dan ulet dalam merealisasikan untuk memperoleh
prestasi tinggi dalam berwirausaha.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.zainalhakim.web.id/motif-berprestasi
kewirausahaan.html
(Diakses 15 Oktober 2014)
http://khafidz-cobapertama.blogspot.com/2011/10/makalah-kewirausahaan_11.html (Diakses 15 Oktober 2014)
0 komentar :
Posting Komentar